Teladan Penanganan Covid-19 dan Upaya Mitigasi Ketahanan Masyarakat
YOGYAKARTA — Agus Samsudin, Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) dalam pembukaan Webinar MCCC seri 1 dengan tema Teladan Penanganan Covid-19 dan Upaya Mitigasi Ketahanan Masyarakat mengatakan bahwa pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi ketahanan psikologis dan pangan masyarakat.
“Kesabaran untuk tetap bertahan menerapkan protokol yang berlaku. Dari sisi ekonomi tidak bisa dihindari, ketahanan pangan menjadi isu sentral ke depan,” katanya.
Sedangkan Ketua PP Muhammadiyah, Agus Taufiqurrahman
dalam pernyataan sambutannya menegaskan bahwa bagi Muhammadiyah pencegahan
Covid-19 harus diutamakan dalam rangka menjaga kesehatan. “Oleh karena itu
semua aktifitas yang membahayakan dari sisi kesehatan harus dipertimbangkan
dengan serius. Menjaga seluruh warga tetap sehat, tidak terkena Covid-19 itu
harus diutamakan. Sekali lagi tagline kita masih mengingatkan bahwa wabah belum
berakhir, pandemi belum usai oleh karena itu kita tidak boleh abai tidak boleh
lengah” katanya.
Webinar yang digelar online pada hari Jumat,11 September
2020 tersebut menghadirkan narasumberWawan Gunawan Abdul Wachid (Anggota
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah), Budi Setiawan, ST (Ketua Lembaga
Penanggulangan Bencana (LPB)/ Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP
Muhammadiyah), Dr. HM Nurul Yamin (Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM)
PP Muhammadiyah), Muhammad Sayuti (Sekretaris Majelis Pendidikan Tinggi,
Penelitian, dan Pengembangan (Dikti Litbang) PP Muhammadiyah) dengan Moderator Dede
Dwi Kurniasih (Ketua Departemen Sosial PP Nasyiatul 'Aisyiyah).
Pembicara pertama, Wawan Gunawan Abdul Wachid
menyampaikan kajian agama yaitu tentang tuntunan, pelayanan dalam beribadah.
Wawan mengatakan bahwa sejauh ini semua keputusan Majelis Tarjih dan Tajdid PP
Muhammadiyah terkait ibadah dalam Covid-19 mengacu pada berbagai informasi yang
terus berkembang. Menurutnya pandemi Covid-19 merupakan kondisi darurat yang
mengancam nyawa.
“Keadaan darurat itu mengubah hukum yang semula haram,
itu menjadi mubah. Kalau merujuk pada alasan teologisnya dari Rosululloh itu
jelas, dalam keadaan hujan lebat saja sholat Jum’at itu berpindah dari masjid
ke rumah, alasannya hanya hujan. Pandemi Covid-19 sekarang “hujannya” bukan air
tapi virus yang lebih membahayakan daripada sekedar air, maka keperluan untuk
memindahkan sholat jamaah dari masjid ke rumah lebih kuat”, katanya.
Budi Setiawan mengatakan dalam pandemi Covid-19 menjadi
sangat penting memberi keteladanan kepada masyarakat. Dalam konteks mitigasi
pimpinan harus punya “sense of crisis” agar mampu mengantisipasi keadaan
darurat akibat terjadinya bencana, keteladanan dalam mitigasi bencana menjadi
bagian penting. “Kita harus belajar dari Nabi Nuh, Nabi Luth dan Nabi Yusuf
dalam melaksanakan mitigasi bencana menghadapi Covid-19. Mitigasi untuk jangka
panjang penting untuk dilaksanakan karena kondisi darurat ini sudah berlangsung
lebih dari 6 bulan ” ujarnya.
Menjawab pertanyaan bagaimana mewujudkan keluarga tangguh
dalam menghadapi Covid-19, Budi Setiawan menyampaikan bahwa keluarga tangguh
adalah keluarga yang mengerti dan kemudian menyiapkan apa yang akan dihadapi.
“Kalau sebuah keluarga mengerti kita sedang menghadapi Covid-19 dan menjaga diri
serta keluarga itu keluarga tangguh. Tidak melaksanakan kegiatan yang beresiko
tinggi seperti berada di kerumunan, tidak memakai masker dan tidak cuci tangan”
jelasnya.
Sementara itu Nurul Yamin dalam paparannya tentang
Meneguhkan Peran Sosial Ekonomi Muhammadiyah Dalam Pandemi Covid-19 mengutip
data dari media mengatakan bahwa Covid-19 akan menaikkan angka kemiskinan. “Ada
tiga hal yang menyebabkan kemiskinan awet di negeri kita ini, yang pertama
adalah kesenjangan bukan hanya di perkotaan tetap juga antar penduduk kota
dibandingkan daerah lain khususnya dengan daerah 3 T (Tertinggal, Terdepan dan
Terluar). Faktor lain adalah pertumbuhan ekonomi yang dikejar tanpa
memperhatikan pengurangan angka kemiskinan sehingga menyebabkan kesenjangan,”
katanya.
Selanjutnya Nurul Yamin memaparkan kantong-kantong
kemiskinan terdampak Covid-19. “Pertama petani, kemudian nelayan, buruh, UMKM,
kaum marjinal perkotaan, warga daerah 3T dan kaum disabilitas,” terangnya.
Pemateri terakhir Muhammad Sayuti dalam paparannya tentang
Ketangguhan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) di Era Pandemi
mengatakan bahwa kontribusi PTMA menghadapi pandemi Covid-19 sangat besar namun
juga di lain sisi PTMA juga mengalami berbagai tantangan. “Disamping donasi
PTMA yang besar daya bayar SPP juga menurun drastis, kemudian penurunan
pendaftaran mahasiswa, penurunan income yang sangat signifikan, subsidi untuk
mahasiswa menekan simpanan PTMA, daya hidup PTMA turun serendah-rendahnya,”
ungkapnya.(asm/sumber Tim Media MCCC PP Muhammadiyah)
Posting Komentar